Selasa, 21 Januari 2025

Indonesia Kehilangan Rp 500 Triliun per Tahun Akibat Impor BBM, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Soroti Produksi Domestik

Indonesia Kehilangan Rp 500 Triliun per Tahun Akibat Impor BBM, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Soroti Produksi Domestik
Indonesia Kehilangan Rp 500 Triliun per Tahun Akibat Impor BBM, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Soroti Produksi Domestik

JAKARTA - Sebuah fenomena ekonomi krusial tengah melanda Indonesia, di mana negara ini mengalami kerugian besar akibat tingginya impor minyak bumi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa Indonesia merugi sekitar Rp 500 triliun per tahun lantaran ketergantungan pada impor minyak. Faktor kunci dibalik kondisi ini adalah rendahnya produksi minyak domestik.

Situasi Produksi Minyak Indonesia yang Memprihatinkan

Indonesia, yang dulunya dikenal sebagai negara pengekspor minyak, kini berjuang dengan rendahnya tingkat produksi minyak yang masih bertahan di kisaran 590 hingga 600 ribu barel per hari. Angka ini jauh di bawah kebutuhan konsumsi minyak nasional, yang mencapai rata-rata sekitar 1,6 juta barel per hari.

"Kita terpaksa mengeluarkan uang sekitar Rp 500 triliun setiap tahun hanya untuk membeli minyak. Hal ini juga mempengaruhi nilai tukar Rupiah yang terus menurun terhadap Dolar," ujar Bahlil dalam sebuah acara di HUT ke-65 MKGR, di Hotel Shangri-La, dilansir dari detikNews, Minggu, 19 Januari 2025.

Tekanan pada Kepemimpinan Nasional dan Target Ambisius

Presiden Prabowo Subianto memberikan mandat yang sangat penting kepada Bahlil, yakni mencapai target lifting minyak 1 juta barel per hari pada tahun 2028-2029. Prabowo menekankan bahwa demi mengurangi ketergantungan impor, Indonesia harus meningkatkan produksi minyak domestik hingga mencapai target tersebut.

"Dibawah arahan Bapak Presiden, kita menargetkan di tahun 2028-2029 lifting minyak Indonesia harus mencapai 1 juta barel per hari agar dapat berhenti melakukan impor pada tahun 2029," tambah Bahlil.

Upaya dan Potensi Produksi Masa Depan

Dalam proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, lifting minyak bumi telah ditargetkan sebesar 605 ribu barel per hari, sementara lifting gas bumi ditargetkan pada angka 1.005 ribu barel setara minyak per hari. Meski target ini tampak ambisius, Bahlil tetap optimis bahwa pencapaian tersebut bisa diraih mengingat adanya 301 lapangan migas yang sudah selesai dieksplorasi.

Bahlil menyatakan, "Kami telah mendorong 50-60 lapangan minyak yang telah mendapatkan persetujuan Plan of Development Pertama (POD-1). Dengan strategi dan kebijakan yang tepat, saya yakin target ini akan tercapai lebih cepat dari yang kita rencanakan."

Kebijakan dan Dukungan yang Diperlukan

Untuk mencapai target lifting yang ambisius tersebut, Indonesia memerlukan dukungan kebijakan yang kuat serta partisipasi aktif dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk investor dan pelaku industri migas. Investasi dalam teknologi eksplorasi dan produksi, serta reformasi kebijakan yang pro-investasi, diharapkan dapat memberikan dorongan signifikan dalam upaya meningkatkan produksi minyak domestik.

Tantangan Eksternal dan Ekonomis

Fluktuasi harga minyak dunia dan dinamika geopolitik global turut menjadi tantangan dalam mewujudkan kemandirian energi Indonesia. Ketergantungan pada impor tidak hanya berdampak pada ekonomi negara tetapi juga mempengaruhi stabilitas energi nasional.

"Bukan hanya soal ekonomi, ini juga menyangkut kedaulatan energi bangsa. Kami harus benar-benar strategis dalam mengelola sumber daya alam kita," jelas Bahlil, menekankan pentingnya upaya kolektif untuk menjawab tantangan ini.

Menuju Kemandirian Energi Nasional

Seiring dengan berbagai inisiatif yang diluncurkan pemerintah, masyarakat dan pelaku industri diminta untuk turut mendukung pencapaian target tersebut. Dengan kombinasi kebijakan yang tepat, inovasi teknologi, dan kemitraan strategis, Indonesia optimis dapat menuju kemandirian energi dalam beberapa dekade mendatang.

"Ini saatnya kita bersatu untuk menciptakan ketahanan energi, demi masa depan yang tidak hanya mandiri tetapi juga berkelanjutan. Di tahun-tahun mendatang, kita ingin melihat Indonesia kembali sebagai kekuatan energi di tingkat global," tutup Bahlil dengan semangat optimisme.

Indonesia sedang berada di titik krusial dalam sektor energi. Dengan upaya terus menerus dan strategi yang tepat, pemerintah yakin bahwa ekonomi dan kesejahteraan rakyat dapat terjaga dengan baik tanpa perlu mengandalkan impor. Masa depan energi mandiri ini tidak hanya akan mengurangi beban ekonomi tetapi juga menjamin stabilitas yang lebih baik bagi bangsa.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

variabisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BSI Cabang Manado Kairagi Suguhkan Program Menarik untuk Nasabah: GreenDay dengan Hadiah Menarik Setiap Jumat

BSI Cabang Manado Kairagi Suguhkan Program Menarik untuk Nasabah: GreenDay dengan Hadiah Menarik Setiap Jumat

BSI Imbau Nasabah Siapkan Pelunasan Biaya Haji, Jadwal Pelunasan Mulai Januari 2025

BSI Imbau Nasabah Siapkan Pelunasan Biaya Haji, Jadwal Pelunasan Mulai Januari 2025

BSI Flash 2025 Memulai Perjalanan Spektakulernya di 15 Kota Besar, Menyemarakkan Semangat Kompetisi Olahraga

BSI Flash 2025 Memulai Perjalanan Spektakulernya di 15 Kota Besar, Menyemarakkan Semangat Kompetisi Olahraga

Anak Usaha PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) Raih Pembiayaan Rp5,9 Triliun dari Bank BUMN

Anak Usaha PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) Raih Pembiayaan Rp5,9 Triliun dari Bank BUMN

Bali Smart Island: Internet Gratis Dialihkan ke Kabupaten, Buleleng Siapkan Anggaran Rp 400 Juta untuk 2025

Bali Smart Island: Internet Gratis Dialihkan ke Kabupaten, Buleleng Siapkan Anggaran Rp 400 Juta untuk 2025