Indonesia Menjadi Anggota BRICS: Peluang Investasi di Sektor Hilirisasi Meningkat
- Kamis, 23 Januari 2025
Jakarta - Indonesia telah resmi menjadi anggota penuh dari aliansi ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, yang dikenal dengan nama BRICS. Keanggotaan ini diyakini akan membuka pintu bagi peningkatan investasi, terutama di sektor hilirisasi, dalam jangka panjang.
Hal ini terbukti menjadi tema sentral dalam Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk "Setelah Indonesia Gabung BRICS: Peluang dan Manfaat Ekonomi Apa saja yang Kita Dapatkan," yang diadakan secara daring, Kamis, 23 Januari 2025.
Peluang Besar di Sektor Hilirisasi
Keanggotaan Indonesia dalam BRICS dipandang sebagai kesempatan emas untuk memperkuat posisi negara dalam rantai pasokan global. Menurut seorang narasumber dari Kementerian Investasi dan Hilirisasi, potensi investasi di sektor hilirisasi sangatlah besar. "Kalau ditanya investasi di bidang apa yang bisa kita tawarkan dengan negara BRICS, jawabannya yaitu hilirisasi. Kita ada 15 komoditas hilirisasi dan ini bisa menarik investasi dari mereka," ujar Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal di Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia (BKPM).
Dengan bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS, diharapkan akan ada aliran investasi asing yang lebih besar ke sektor hilirisasi. Komoditas hilirisasi yang dimaksud mencakup berbagai sektor penting seperti pertambangan, minyak dan gas, serta produk pertanian. Masing-masing sektor ini memiliki potensi besar untuk berkembang dengan adanya suntikan modal dan teknologi dari negara-negara BRICS.
Keuntungan Ekonomi Jangka Panjang
Aliansi BRICS sendiri dikenal sebagai entitas ekonomi kuat dengan potensi kontribusi signifikan terhadap perekonomian global. Indonesia, sebagai anggota baru, berpeluang mendapatkan manfaat besar dari hubungan ekonomi dengan negara-negara ini. Selain investasi di sektor hilirisasi, Indonesia juga diharapkan dapat memperluas pasar ekspornya. Dengan akses ke pasar yang lebih luas di negara-negara BRICS, produk-produk Indonesia akan memiliki daya saing yang lebih tinggi.
Selain itu, keanggotaan di BRICS juga membuka peluang untuk transfer teknologi. Negara-negara seperti Tiongkok dan India dikenal memiliki teknologi canggih dalam bidang manufaktur dan industrialisasi. Kolaborasi dengan mereka dapat membawa Indonesia pada pencapaian teknologi dan efisiensi yang lebih baik, meningkatkan daya saing produk lokal di pasar internasional.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Meski demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa masuknya Indonesia ke BRICS juga membawa tantangan tersendiri. Salah satu tantangan utama adalah persaingan dengan negara anggota lainnya. Agar dapat menarik investasi, Indonesia harus menghadirkan kebijakan yang mendukung dan suasana bisnis yang kondusif. Hal ini termasuk reformasi regulasi untuk mempermudah perizinan dan meningkatkan kepastian hukum bagi para investor asing.
Selain itu, kebutuhan akan infrastruktur yang memadai juga menjadi sorotan. Infrastruktur yang baik akan menjadi faktor penentu kesuksesan hilirisasi, karena berdampak langsung pada efisiensi operasional dan distribusi produk. Dengan demikian, investasi dalam pengembangan infrastruktur menjadi prioritas untuk menarik lebih banyak modal dari negara-negara BRICS.
Baca JugaOJK Raih Peringkat Kedua dalam Penilaian Integritas Nasional 2024
Tri Kismayanti
variabisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Kebiasaan Sehari-hari Ini Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung dan Kanker
- Kamis, 23 Januari 2025
Berita Lainnya
OJK Naikkan Batas Maksimal Pinjaman Produktif Fintech P2P Lending Hingga Rp5 Miliar
- Kamis, 23 Januari 2025
OJK Cabut Izin Usaha PT Berdikari Insurance, Berikut Tindak Lanjut yang Harus Dilakukan
- Kamis, 23 Januari 2025