Sabtu, 25 Januari 2025

Mengupas Alasan Tingginya Harga Tiket Pesawat: Sudut Pandang Garuda Indonesia

Mengupas Alasan Tingginya Harga Tiket Pesawat: Sudut Pandang Garuda Indonesia
Mengupas Alasan Tingginya Harga Tiket Pesawat: Sudut Pandang Garuda Indonesia

Harga tiket pesawat yang terus melambung tinggi masih menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Menyikapi hal ini, Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan, memberikan penjelasan detil terkait alasan di balik mahalnya tiket pesawat saat ini. Berbicara dalam sebuah Rapat Kerja dengan Komisi V DPR RI di Jakarta pada Kamis, 23 Januari 2025, Wamildan membeberkan sejumlah faktor utama yang mempengaruhi harga tiket, terutama dari sudut pandang perseroan.

Faktor Utama: Biaya Avtur dan Sewa Pesawat

Menurut Wamildan, dua komponen terbesar yang mengerek harga tiket pesawat adalah biaya avtur dan sewa pesawat. "Dari harga avtur 35 persen kemudian 30 persennya adalah harga sewa pesawat. Kami sampaikan kalau harga sewa pesawat itu, 1 pesawat 1 bulan berkisar 300.000 dollar AS (Rp 4,87 miliar), jadi memang dua komponen ini yang paling berat kami rasakan dari sisi airlines," jelas Wamildan. Sebagai maskapai dengan layanan penuh, Garuda Indonesia dihadapkan pada penekanan margin yang signifikan dibandingkan dengan maskapai berbiaya rendah (LCC), seperti Citilink.

Perbedaan Margin pada Maskapai Full Service dan LCC

Wamildan menambahkan bahwa, berbeda dengan model bisnis LCC yang diyakini memiliki margin lebih besar, maskapai layanan penuh seperti Garuda harus menyediakan layanan tambahan bagi penumpang, seperti makanan berat dan ringan. “Dan kami di full service airline dapat kami sampaikan revenue to cost, cost to revenue itu sangat tipis jadi 94 persen. Tapi kalau di LCC yang kami lihat di Citilink bisa 84 persen jadi marginnya masih lebih besar," imbuhnya. Tantangan ini menjadi salah satu alasan Garuda tetap menjaga harga tiket di level tertentu untuk mempertahankan standar layanan.

Komponen Biaya Tambahan

Selain biaya avtur dan sewa pesawat, Wamildan mengungkapkan adanya komponen biaya lain yang turut menambah beban operasional maskapai. Ini termasuk biaya parkir di bandara, biaya bea masuk untuk suku cadang, dan jasa kebandaraudaraan. Faktor-faktor ini, menurut Wamildan, menambah kompleksitas penetapan harga tiket pesawat. “Biaya-biaya yang dikeluarkan ini semua ditambah dengan biaya pajak dari pemerintah,” ujarnya, menegaskan tantangan yang dihadapi maskapai penerbangan dalam konteks peraturan dan kebijakan fiskal.

Pandangan dari KPPU

Melihat persoalan ini dari sudut pandang lain, Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Budi Joyo Santoso, juga memaparkan faktor harga avtur sebagai penyebab utama tingginya harga tiket pesawat. “Avtur sendiri berkontribusi 40 persen dalam pembentukan harga tiket pesawat sehingga ketika harga avtur mahal besar efeknya ke harga tiket pesawat,” ujarnya kepada media pada Jumat, 20 Agustus 2024. Pernyataan ini memperkuat argumen bahwa biaya bahan bakar merupakan porsi signifikan dalam struktur biaya sebuah maskapai penerbangan.

Dengan pemaparan ini, diharapkan publik mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang struktur biaya yang dialami pihak maskapai, yang pada akhirnya mempengaruhi harga tiket pesawat. Walau terdapat harapan dari pihak legislatif untuk penurunan harga tiket secara permanen, kompleksitas faktor yang mempengaruhi harga tiket pesawat menjadi tantangan tersendiri bagi maskapai.

Di tengah tingginya kritik dan harapan dari berbagai pihak, langkah apa yang akan diambil oleh maskapai seperti Garuda Indonesia untuk menyeimbangkan antara penawaran layanan berkualitas dengan kebutuhan penyesuaian harga tiket, menjadi hal yang dinantikan publik. Dengan perhatian yang lebih pada efisiensi operasional dan kerja sama antara pemerintah, maskapai, dan pihak terkait lainnya, diharapkan akan tercipta solusi yang menguntungkan semua pihak terutama masyarakat sebagai konsumen akhir.

Melihat dinamika ini, bukan hanya faktor internal maskapai yang perlu diperhatikan, tetapi juga bagaimana kebijakan dan regulasi pemerintah dapat mendukung industri penerbangan agar lebih kompetitif dan terjangkau bagi masyarakat luas.

Nathasya Zallianty

Nathasya Zallianty

variabisnis.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Manchester United Hadapi Tantangan Keuangan: Risiko Melanggar Peraturan Liga Premier

Manchester United Hadapi Tantangan Keuangan: Risiko Melanggar Peraturan Liga Premier

Imlek 2025: Keberuntungan Menanti untuk 12 Shio, Ini 6 yang Menuai Berkah Lebih

Imlek 2025: Keberuntungan Menanti untuk 12 Shio, Ini 6 yang Menuai Berkah Lebih

Jeratan Pinjaman Online Ilegal di Sumatera Utara: OJK dan Media Berkolaborasi untuk Meningkatkan Literasi Keuangan

Jeratan Pinjaman Online Ilegal di Sumatera Utara: OJK dan Media Berkolaborasi untuk Meningkatkan Literasi Keuangan

Spada Selamat Pagi RRI Manokwari Bahas Pentingnya Memilih Pinjaman: Online vs Offline

Spada Selamat Pagi RRI Manokwari Bahas Pentingnya Memilih Pinjaman: Online vs Offline

Bank Syariah Indonesia Perkuat Kemitraan dengan Kemenkeu: Kelola Dana APBN Senilai Rp 40,4 Triliun

Bank Syariah Indonesia Perkuat Kemitraan dengan Kemenkeu: Kelola Dana APBN Senilai Rp 40,4 Triliun